[Kisah Bankir yang Bertaubat]Namanya pak Yudha, sosoknya tinggi langsing atletis. Menjadi seorang bankir tak pernah terlintas di pikirannya sejak kecil. Cita-citanya hanya ingin menjadi seorang akuntan dan bisa mengikuti jejak ayahnya yang pernah bekerja di luar negeri. Namun takdir membawanya ke tujuan yang sama walau melalui jalan yang berbeda.
Demi tujuan yang ambisius itu, pak Yudha pun merantau ke Jakarta selepas lulus kuliah dari Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Rupanya rezeki membawanya berlabuh ke sebuah Bank Nasional sebagai Account Officer. Namun demi mencari tantangan baru, ia pun pindah ke Bank Jepang (yang saat itu terbesar no. 2 di Jepang) sebagai pegawai Operasional. Sampai disini karirnya masih biasa-biasa saja.
“Trus bagaimana kok pak Yudha seperti sekarang..?”
“Iya tadz, saya pindah lagi ke bank yang lebih keren. Dari sanalah terjadi perubahan karir yang drastis. Karena Bank ini adalah bank terbesar no. 1 di Jepang dengan aset 118 Trilyun..”, tuturnya. Coba itung berapa tuh nolnya, hehehe. “Hasil jerih payah selama 5 tahun lumayan juga, tadz. Walau harus saya lalui dengan kerja keras. Setiap hari saya berangkat sebelum matahari terbit dan baru sampe rumah jam 9 malam..”, lanjutnya.
“Trus…?”
“Saya ditempatkan di Singapura. Persis seperti impian yang dulu saya cita-citakan. Bagi saya dulu, bekerja di Singapura itu top banget. Saat itulah saya merasa benar-benar diberi kenikmatan duniawi..”, imbuhnya.
“Emang enaknya apa kerja di Singapura, pak..?”
“Lho enak banget tadz. Saya sekeluarga tinggal di Condominium dekat pusat kota dengan fasilitas yang wah. Kerjaan saya keliling ke cabang-cabang di Asia seperti Pakistan, India, Taiwan, Hongkong, Jepang, Malaysia dan Jakarta. Saya bahkan digaji ribuan Dollar (coba itung dalam kurs rupiah, hehehe), naik maskapai Singapore Airlines, yang duduknya di kursi Business Class, tidurnya di hotel berbintang lima dan sebagainya. Semua ini sudah jadi hal yang biasa waktu itu. Namun entah kenapa di saat bersamaan, saya kok merasa gelisah..”, cerita pak Yudha.
“Gelisah bagaimana..?”
“Enggak taulah tadz. Walau berbagai fasilitas hidup yang sedemikian nyaman diberikan ke saya, tapi rasanya kok batin saya tidak puas. Saya merasa hampa karena kurang memikirkan urusan agama. Mungkin saja ini tanda-tanda hidayah sudah datang menjemput..”, tambahnya.
“Ya alhamdulillah kalau yang datang hidayah. Coba kalau menjemput ajal duluan, hehee. Trus, apa yang pak Yudha lakukan setelah itu..?”
“Nah itu dia. Di saat hati dan pikiran saya sudah bertekad untuk hijrah, godaan terbesar justru kembali datang dan sayangnya, tak sanggup saya tolak. Setelah saya kembali ke Jakarta, saya malah dipromosikan menjadi Kepala Divisi / Vice President..”
Eng..ing..eng..
Man teman, menjadi Vice President di sebuah bank terbesar di Jepang tentu bukan jabatan main-main lho. Ini kedudukan tertinggi yang diraih pak Yudha yang saat itu baru berumur 33 tahun. Dengan posisi 1 level dibawah Direktur dan plafon asuransi yang katanya ‘tak terbatas’ benar-benar kenyamanan hidup yang sulit untuk ditinggalkan, sulit untuk dilupakan. Sama sulitnya melupakan pacar pertama, hehehe. Bayangin betapa “ngetop dan tajirnya” nih orang..
Tapi…
Pak Yudha sudah bertekad bulat untuk berhijrah. Dan tekadnya tambah bulat setelah ikut kelas Mentoring Developer Property Syariah. Di kelas, sejak sesi perdana sudah digamparin. Ceplak..ceplok, jebrat.. jebret…, kiri kanan.., kanan kiri… Belum juga sesi pembelajaran di kelas usai, Pak Yudha sudah ngabari kami bahwa beliau resign dari kerjaannya sebagai bankir. Suit.. suit.. tambah satu lagi ‘korban’ DPS nih orang.
“Trus apa yg terjadi selanjutnya..?
“Saya benar-benar yakin bisa membuat keputusan yang mampu mengubah total hidup saya. Dan saya pun mulai punya keberanian untuk mengatakan sesuatu pada orang-orang terdekat saya..”, begitu tuturnya.
“Apa yang pak Yudha katakan ke keluarga..?”
“Kepada orang tua, saya bilang : Papa, Mama, saya ingin keluar dari Bank karena Riba. Ini saya ucapkan di depan orangtua dan saudara saya, tadz..”
“Trus bagaimana
reaksinya..?”
“Banyak tadz. Saya masih inget persis. Ada yang bilang, ‘kamu gila, posisi kamu itu diincar ribuan orang, kamu malah mau keluar..?”
“Usaha itu tidak gampang, apalagi kamu bukan keturunan pengusaha, pasti gagal..!”
“Hidup itu perlu uang, apalagi kamu sudah punya 4 anak, mau dikasih makan apa mereka ‘ntar kalau kamu gagal..?”
“Sayang lho, posisi sudah enak dan gaji sudah tinggi, coba dipikirkan lagi deh..!”.
Waaaah…. berani juga ya pak Yudha ngambil keputusan. Ketika saya tanya lagi, apalagi yang menguatkan keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai bankir. Beliau menjawab,
“Yaah tadz, memang berat kalau mau menjalani kehidupan anti mainstream seperti ini. Pasti ada kontranya. Namun bukankah Rasulullah SAW telah berpesan, ‘Sesungguhnya jika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik..’ Dan bagi saya, ucapan Rasulullah ini adalah sesuatu yang PASTI..”, tambahnya.
Dueerrrr…!
Udah deh, pokoknya josss banget deh pak Yudha ini. Selanjutnya babak baru kehidupan beliau dimulai. Akhir September 2015 lalu, pak Yudha sekeluarga hijrah ke Jogja karena gak tahan dengan macetnya Jakarta. Katanya sih kembali ke titik Nol. Meninggalkan zona nyaman sebagai pegawai beserta hiruk pikuk kerja di Jakarta. Ketika saya tanya apakah ini karena nekad..?
Ternyata jawabannya tidak.
“Saya sudah pertimbangkan semuanya tadz. Termasuk resiko-resiko yang akan muncul. Maklum, namanya juga mantan pegawai Bank, segalanya sudah dikalkulasikan. Mulai dari rencana bisnis, sekolah anak-anaknya hingga biaya hidup selanjutnya, sudah dipikirkan matang-matang. Bahkan tabungan pun sudah saya usahakan jauh-jauh hari untuk mencukupi kebutuhan hidup…”, begitu jawabnya.
“Apa yang antum kerjakan sekarang, pak..?”
“Mulai tahun 2016 ini saya fokus, tadz. Fokus untuk mencari hidup yang berkah. Fokus mencari rezeki yang halal. Fokus untuk merintis #JogjaPropertySyariah . Termasuk fokus membangun bisnis baru sebagai Developer Hijrah Village dari nol..”, jawabnya manstrab.
Ketika saya tanya apa motto hidupnya..?
Pak Yudha menjawab, “Hidup hanya SATU kali, maka jalani hanya yang disukai dan di yakini benar agar bermakna..”
Cieee… cieee.. makjlebb..
Udah deh, pokoknya keren banget deh pak Yudha ini. Yuk kita doakan semoga beliau bisa istiqomah setelah berhijrah. Semoga Allah ta’ala menggantinya dengan yang lebih baik. Harta yang lebih banyak dan lebih berkah. Aamiin.
Salam Berkah Berlimpah
Sumber :
Developer Property Syariah
Related Posts
- Yang Harus Anda Ketahui : Perbedaan Antara Qordh dan Dayn
- Maryam Residence : Cluster Islami Strategis di Setu Bekasi
- Kisah Buah Semangka
- Tidak Ada Kritik yang Membangun
- TB Simatupang Residence Jalan Tanah Merdeka Pasar Rebo Jakarta Timur
- GRAND ROYALE CIRACAS : Rumah 2 Lantai Exclusive Dekat Stasiun LRT Ciracas dan PKP Jakarta Islamic School